WISATA HATI - Cahaya Amal
Sebuah perbuatan akan bercahaya bila berbahan bakar keikhlasan.
SEORANG kawan senang betul salat sunnah kalau ia berada di kota lain.
Memang, Rasulullah mengatakan bahwa jika kita bepergian jauh, begitu
sampai di tempat tujuan segera menegakkan salat sunnah dua rakaat. Itu
merupakan tanda syukur kita sudah sampai dengan selamat.
Suatu hari dia pergi ke satu tempat. Sebagaimana biasa, ia mencari masjid
atau musala. Layaknya orang yang mau salat, kawan ini mencari toilet dan
tempat wudu. Tapi, langkah dia tiba-tiba terhenti saat melihat seseorang
yang sepertinya dikenali. Sebut saja bernama Fulan, kawan SMP yang sangat
pintar.
Untuk sementara dia tertegun. "Tidak salahkah penglihatanku? " tanyanya
pada diri sendiri. Fulan yang tengah membersihkan toilet dan tempat wudu
itu diamati beberapa saat. Pria itu berbaju khas merbot masjid; kaosan,
celana buntung, dengan peci haji yang didongakkan ke belakang kepala.
Fulan
tengah mengepel.
"Assalamualaikum. ..," sapa dia dengan hati-hati, khawatir salah mengenali
seseorang. Ternyata penglihatannya tidak salah. Yang di depan mata
benar-benar Fulan, kawan dia. Fulan juga mengenali diri dia, dan
menanyakan urusan datang ke kota ini.
Masih di koridor tempat wudu masjid tersebut, kawan ini melanjutkan
pertanyaan, "Kenapa Fulan hanya jadi merbot masjid? Dan, kenapa mau?"
Yang ditanya tersenyum. "Memangnya ada yang salah dengan kerjaan ini?
Kan,
bagus. Dengan saya menjadi merbot, masjid ini jadi bersih. Kalau bersih,
kan yang salat jadi senang. Betah. Akhirnya saya pun dapat pahalanya,"
kan tidak sepadan. Lagian Fulan kan dulu pintar.
Cerdas. Sangat cerdas malah. Selalu ranking. Kok, kayaknya gimana, gitu
....?"
Fulan kembali tersenyum, dengan tangan kiri tetap mengelap sisi pinggir
tempat wudu.
"Gimana kalau Fulan ikutan sama saya?"
"Maksudnya?"
"Ya, kerja sama saya. Fulan bisa saya gaji lebih besar dari penghasilan
sebagai merbot ini. Ngomong-ngomong jadi merbot digaji nggak?"
"Nggak."
"Wuah, apalagi nggak. Sudah kerja sama saya saja. Pendidikan terakhir?"
"Sarjana elektro," katanya.
"Waduh, tambah nggak pantaslah. Masak sarjana elektro jadi merbot. Yang
beginian mah, maaf, nggak perlu tamatan elektro. Cukup tamat SD saja.
Maaf ya, Mas. Cuma rasanya, gimana gitu saya melihatnya.. .."
"Ya, sudah," jawab Fulan, "Salat saja dulu. Nanti kita ngobrol lagi.
sambil ngopi, biar saya buatkan sekalian."
Kawan ini pun mengambil air wudu, sambil tetap mikirin Fulan.
Kala dia mau mengambil posisi salat, seorang anak muda yang tampaknya
juga
merbot masjid bertanya : "Pak Haji, Bapak kenal Pak Haji Fulan, ya?"
"Iya. Dia kawan saya waktu di SMP, dulu...."
"Pak Haji, Pak Haji Fulan itu yang bangun ini masjid. Dia orang kaya di
sini...." kata anak muda tersebut dengan datar. "Orangnya baik, Pak.Rendah
hati. Sederhana. Padahal amalnya buanyak...."
Tidak berhenti di sini, si anak muda itu pun bercerita bahwa Haji Fulan
adalah pengusaha alat-alat listrik dan toko bangunan yang maju. Dia
pengusaha daerah yang sangat cinta masjid. Dia mengaku dapat semua
keberkahan ini karena sangat menjaga salat berjamaah dan mencintai
masjid.
Makanya, kala sukses, dia membangun masjid kecil ini. Begitulah cita-cita
dia. Bahkan dia berangan-angan untuk berkhidmat pada hamba-hamba Allah
yang salat di masjidnya. Pelanggan-pelanggan nya pun tahu kalau mau
mencari
Haji Fulan, temui saja di masjid dia.
Masya Allah.
Hati kawan ini tiba-tiba saja merasa malu. Ia telah merendahkan "jabatan"
merbot masjid. Apalagi, ternyata Fulan inilah yang berada di balik
pembangunan masjid tersebut. Dia berpikir, andai "merbot" tersebut adalah
diri dia, dan orang menyangkanya sebagai pembersih masjid, pasti bakal
diluruskan, "Maaf, saya lho yang membangun masjid ini. Saya mah kebetulan
saja senang membersihkan masjid."
Masya Allah, Fulan adalah sosok lain. Dia justru menyembunyikan amalnya.
Ikhlas nian.
Kawan ini beristigfar. Tanpa perlu gembar-gembor, Allah sudah
membanggakan
hamba-hamba- Nya yang ikhlas.
Allah yang bangga terhadapnya, dan membuat anak muda tadi berbicara
tentang siapa sebenarnya Fulan. Keikhlasannya membuat Fulan bercahaya.
Bahkan makin bercahaya.
"... Dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.. ."
(Q.S. al-A'raf: 29).
Rabu, 22 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ibadah akan bernilai kalo ikhlas !
BalasHapus